PEDOMAN PENGUATAN PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013
PENDEKATAN ILMIAH
BAB II
PEMBELAJARAN DI SMP BERDASARKAN KURIKULUM 2013
A.
Pembelajaran dengan Metode Saintifik
- Pengertian pembelajaran dengan metode saintifik
Pembelajaran dengan metode saintifik dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
Penerapan metode saintifik dalam
pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi,
mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan
proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru
tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau
semakin tingginya kelas siswa.
Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar
yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky.
a.
Teori belajar Bruner
Teori
belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan
dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan
mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses
kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan
intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari
teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk
melakukan penemuan. Keempat, dengan
melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas
adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran
menggunakan metode saintifik.
b.
Teori belajar Piaget
Berdasarkan
teori Piaget, belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema
(jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang
dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi
lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah,
skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang
menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi.
Proses
terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi merupakan proses
kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi,
konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada
didalam pikirannya. Asimilasi terjadi jika ciri-ciri stimulus tersebut
cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada. Apabila ciri-ciri stimulus tidak
cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada maka seseorang akan melakukan
akomodasi.
Akomodasi
dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri
rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok
dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya
penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi. Bila pada
seseorang akomodasi lebih dominan dibandingkan asimilasi, maka ia akan memiliki
skemata yang banyak tetapi kualitasnya cenderung rendah.
Sebaliknya,
bila asimilasi lebih dominan dibandingkan akomodasi maka seseorang akan
memiliki skemata yang tidak banyak tapi cenderung memiliki kualitas yang tinggi. Keseimbangan atau ekuilibrasi
antara asimilasi dan akomodasi diperlukan untuk perkembangan intelek seseorang
menuju ke tingkat yang lebih tinggi.
Piaget
(dalam Carin & Sund, 1975) menyatakan bahwa pembelajaran yang bermakna
tidak akan terjadi kecuali siswa dapat beraksi secara mental dalam bentuk
asimilasi dan akomodasi terhadap informasi atau stimulus yang ada di
sekitarnya. Bila hal ini tidak terjadi maka guru dan siswa hanya akan terlibat
dalam belajar semu (pseudo-learning)
dan informasi yang dipelajari cenderung mudah
terlupakan.
Proses-proses kognitif yang dibutuhkan dalam rangka mengkonstruk
konsep, hukum atau prinsip dalam skema sesorang melalui tahapan-tahapan mengamati,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan yang terdapat dalam pembelajaran
dengan metode saintifik selalu melibatkan proses asimilasi dan akomodasi. Oleh
karena itu, teori belajar Piaget sangat relevan dengan metode saintifik.
c. Teori
belajar Vygotsky
Vygotsky
menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau
belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih
berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah
terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai
kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya
yang lebih mampu. (Nur dan Wikandari, 2000:4).
Teori
Vygotsky dalam kegiatan pembelajaran juga dikenal apa yang dikatakan
scaffolding (perancahan), dimana perancahan mengacu kepada bantuan yang
diberikan teman sebaya atau orang dewasa yang lebih kompeten, yang berarti
bahwa memberikan sejumlah besar dukungan kepada anak selama tahap-tahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada
anak itu untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia
mampu melakukannya sendiri. (Nur, 1998:32).
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. berpusat
pada siswa.
b. melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
c. melibatkan
proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek,
khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
d. dapat
mengembangkan karakter siswa.
2.
Tujuan pembelajaran dengan metode saintifik
Tujuan pembelajaran dengan metode saintifik didasarkan
pada keunggulan pendekatan tersebut.
Beberapa tujuanembelajaran dengan metode saintifik adalah:
a.
untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa.
b.
untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik.
c.
terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
d.
diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e.
untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya
dalam menulis artikel ilmiah.
f.
untuk mengembangkan karakter siswa.
3.
Prinsip-prinsip pembelajaran dengan metode
saintifik
Beberapa prinsip pembelajaran dengan metode saintifik,
yaitu:
a.
pembelajaran berpusat pada siswa
b.
pembelajaran membentuk students’
self concept
c.
pembelajaran terhindar dari verbalisme
d.
pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
e.
pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berpikir siswa
f.
pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru
g.
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan
dalam komunikasi
h.
adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip
yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
4.
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode
saintifik
Secara
umum langkah-langkah pembelajaran dengan metode saintifik adalah:
a.
melakukan
pengamatan atas suatu fenomenon
b.
mengajukan
pertanyaan atau merumuskan masalah berkaitan
dengan fenomenon yang diamati
c.
menalar
untuk mengajukan hipotesis
d.
merancang
percobaan untuk mengumpulkan data
e.
mengumpulkan
data dengan berbagai teknik
f.
menganalisis
data untuk pengujian hipotesis
g.
menarik
kesimpulan tentang kebenaran hipotesis
h.
mengkomunikasikan
hasil yang telah diperoleh
i.
memvalidasi
kesimpulan yang telah ditarik untuk
menghindari terjadinya kesalahan konsep.
Hasil yang diperoleh dari pembelajaran dengan metode
saintifik berupa konsep, hukum atau prinsip yang
dikonstruk oleh siswa dengan bantuan guru. Perlu dipahami bahwa dalam kondisi
tertentu, data yang diperlukan untuk menguji hipotesis tidak mungkin diperoleh
secara langsung oleh siswa melalui percobaan yang mereka lakukan atau kalau
dilakukan memerlukan waktu yang terlalu lama.
Sebagai contoh adalah berkaitan dengan konsep kelarutan zat
dalam pelarut tertentu. Dalam hal ini guru dapat memberikan data yang
dibutuhkan untuk kemudian dianalisis oleh siswa.
Dalam mengonstruk konsep, hukum atau
prinsip, langkah-langkah yang diberikan di atas tidak harus dilaksanakan semua.
Sebagai contoh dalam menggolongkan sifat asam, basa atau netral suatu larutan langkah-langkah
yang perlu dilakukan adalah merancang percobaan, mengumpulkan data, dan menyimpulkan.
Dalam menemukan pengaruh temperatur terhadap energi kinetik molekul
proses-proses kognitif yang perlu dilakukan adalah merancang percobaan,
mengumpulkan data, dan menyimpulkan.
5.
Contoh-contoh kegiatan pembelajaran
berdasarkan metode saintifik
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga
kegiatan pokok, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang
memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai
contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat
dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan
ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir.
Dalam
metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi
pelajaran baru yang akan dipelajari oleh
siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut,
sedangkan siswa yang mengalami kesalahan
konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan,
disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian “aneh” atau “ganjil”
(discrepant event) yang dapat menggugah timbulnya pertanyaan pada diri siswa.
Kegiatan inti merupakan kegiatan
utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar
(learning experience) siswa. Kegiatan
inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan
kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu
tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya
konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui
langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka.
Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum
atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa. Validasi
dapat dilakukan dengan mengindentifikasi kebenaran konsep, hukum atau prinsip
yang telah dikonstruk oleh siswa. Dalam hal ini seringkali guru meminta siswa
untuk mengungkapkan konsep, hokum atau prinsip yang telah mereka konstruk. Dari
sini dapat diketahui ada atau tidaknya kesalahan konsep. Bila terjadi kesalahan
konsep maka guru dapat segera mengkoreksi kesalahan konsep tersebut.
Pengayaan dapat dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk membaca buku-buku pelajaran atau sumber informasi lainnya untuk
memantapkan pemahaman materi yang telah dibelajarkan atau memahami materi lain
yang berkaitan. Guru juga dapat meminta siswa untuk mengakses sumber-sumber
dari internet baik yang berupa animasi atau video berkaitan dengan materi yang
telah dibelajarkan. Dalam hal ini seyogyanya guru memberikan situs-situs
internet yang berkaitan dengan materi pelajaran yang telah dibelajarkan. Pengayaan
dapat juga dilakukan dengan meminta siswa melakukan percobaan yang berkaitan
dengan materi yang telah dibelajarkan yang aman untuk dikerjakan di rumah oleh
siswa.
Contoh kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup diberikan di bawah ini.
Contoh kegiatan
pendahuluan:
1.
Mengucapkan salam
2.
Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari oleh
siswa yang berhubungan dengan materi baru yang akan dibelajarkan. Sebagai contoh dalam
mapel IPA, guru menanyakan konsep
tentang larutan dan komponennya sebelum pembelajaran materi asam-basa. Untuk IPS, misalnya
menggunakan apersepsi tentang bencana banjir yang
kerap terjadi. Di mana, kapan, dan mengapa bisa terjadi, siapa yang sering
menjadi korban, apa yang dilakukan oleh masyarakat korban banjir ketika
menghadapi bencana tersebut.
3.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
|
Contoh Kegiatan Inti
1. Mengamati:
Dalam mapel
IPA, guru meminta siswa untuk mengamati suatu fenomenon. Sebagai
contoh dalam mapel IPA guru
meminta siswa untuk mengamati sifat larutan yang diperoleh dari ekstrak buah
belimbing atau tomat. Fenomenon yang diberikan dapat juga dalam bentuk video. Dalam mapel IPS contohnya adalah fenomena yang
diamati adalah gambar-gambar (foto-foto, slide)
tentang hutan yang gundul, hujan deras, orang membuang sampah sembarangan,
sungai meluap, banjir besar. slide, atau video klip seputar bencana banjir di
suatu tempat.
2. Menanya:
Dalam mapel
IPA, siswa mengajukan pertanyaan tentang suatu fenomenon. Sebagai
contoh siswa mempertanyakan “Mengapa larutan ekstrak buah belimbing atau
tomat memiliki rasa manis dan asin”. Sebagai
contoh di mapel IPS adalah “Apakah sebab dan akibat banjir bisa terjadi di
ruang dan waktu yang sama atau berbeda?”
3. Menalar untuk mengajukan hipotesis:
Sebagai
contoh, dalam mapel
IPA siswa mengajukan pendapat bahwa rasa manis dan
masam pada larutan enkstrak buah belimbing atau tomat disebabkan oleh adanya
zat yang memiliki rasa manis dan zat yang memiliki rasa asam. Pendapat siswa
ini merupakan suatu hipotesis. Contoh
hipotesis dalam mapel IPS adalah Banjir (akibat) dan penggundulan
hutan (sebab) bisa: a) Terjadi di tempat yang sama b) Terjadi di tempat berbeda.
4. Mengumpulkan data:
Dalam mapel IPA, siswa
mengumpulkan data atau guru
memberikan data tentang komponen-komponen yang terdapat dalam larutan ekstrak
buah belimbing atau buah tomat.
5. Menganalisis data:
Siswa menganalis data yang diberikan oleh guru. Analisis data dalam IPS, misalnya siswa
diajak untuk membaca buku siswa halaman 2-6 tentang konsep ruang, waktu,
konektivitas, dan interaksi sosial. Konsep-konsep ini dihubungkan dengan informasi atau
data awal, pertanyaan dan hipotesis,
serta data yang terkumpul.
6. Menarik kesimpulan
Dalam mapel IPA, siswa menarik kesimpulan berdasar hasil analisis
yang mereka lakukan. Sebagai contoh siswa menyimpulkan bahwa rasa manis
pada larutan ekstrak buah belimbing
atau buah tomat disebabkan oleh adanya gula, sedangkan rasa masam disebabkan
oleh adanya asam.
Contoh bentuk kesimpulan yang ditarik dalam IPS misalnya hujan di Bogor menyebabkan banjir di Jakarta menunjukkan adanya keterkaitan
antarruang dan waktu.
7.
Mengomunikasikan:
Pada langkah ini, siswa
dapat menyampaikan hasil kerjanya secara lisan maupun tertulis, misalnya
melalui presentasi kelompok, diskusi, dan tanya jawab.
|
Contoh
Kegiatan Penutup:
1. Dalam
mapel IPA, misalnya guru meminta siswa untuk mengungkapkan konsep,
prinsip atau teori yang telah dikonstruk oleh siswa.
Dalam mapel IPS, misalnya siswa
diminta untuk menjelaskan contoh keterkaitan antarruang dan waktu, misalnya
hubungan antar desa dan kota.
2. Dalam mapel IPA maupun mapel lain, guru
dapat meminta siswa untuk meningkatkan pemahamannya tentang konsep, prinsip
atau teori yang telah dipelajari dari buku-buku pelajaran yang relevan atau
sumber informasi lainnya. Contoh dalam mapel IPA di
atas juga dapat digunakan dalam mapel IPS.
3. Dalam mapel IPA, mapel IPS, dan mapel
lain, guru dapat memberikan beberapa situs di internet yang
berkaitan dengan konsep, prinsip atau teori yang telah dipelajari oleh siswa,
kemudian guru meminta siswa untuk mengakses situs-situs tersebut.
|
6. Teknik penilaian dalam pembelajaran dengan metode saintifik
Penilaian pada pembelajaran dengan metode saintifik meliputi penilaian
proses, penilaian produk, dan penilaian sikap. Penilaian pada 3 aspek tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.
Penilaian proses atau
keterampilan, dilakukan melalui observasi saat siswa bekerja kelompok, bekerja
individu, berdiskusi, maupun saat presentasi dengan menggunakan lembar
observasi kinerja.
b.
Penilaian produk berupa
pemahaman konsep, prinsip, dan hukum dilakukan dengan tes tertulis.
c.
Penilaian sikap, melalui
observasi saat siswa bekerja kelompok, bekerja individu, berdiskusi, maupun
saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi sikap.
Berikut beberapa contoh lembar observasi yang dapat digunakan
sebagai acuan atau pertimbangan.
6.1.
Lembar observasi keterampilan siswa
No
|
Nama Siswa
|
Keterampilan
|
K1
|
K2
|
K3
|
K4
|
K5
|
1
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
…
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
K1: Keterampilan merumuskan masalah (dilihat produk rumusan
masalah)
K2: Keterampilan mengajukan hipotesis (dilihat produk
hipotesis)
K3: Keterampilan mengamati/mengumpulkan data percobaan (dilihat dari kegiatan merancang dan melakukan
percobaan)
K4: Keterampilan
menyimpulkan (dilihat saat diskusi dan produk kesimpulan)
K5: Keterampilan mengkomunikasikan hasil (hasil tertulis dan
presentasi)
Rentang skor: 1 – 4
1 = kurang; 2 = Cukup; 3 = Baik; 4 = Amat Baik
6.2. Lembar penilaian untuk
kegiatan mengamati
No
|
Nama Siswa
|
Relevansi
|
Kelengkapan
|
Kebahasaan
|
1
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
…
|
|
|
|
|
Keterangan :
a. Kegiatan
mengamati dalam hal ini dipahami sebagai cara siswa mengumpulkan informasi faktual
dengan memanfaatkan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba.
b. Relevansi merujuk pada
ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati dengan informasi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan Kompetensi Dasar/Tujuan Pembelajaran (TP).
c. Kelengkapan dalam arti
semakin banyak komponen fakta yang terliput atau semakin sedikit sisa (risedu)
fakta yang tertinggal.
d. Kebahasaan menunjukan
bagaimana siswa mendeskripsikan fakta-fakta yang dikumpulkan dalam bahasa tulis
yang efektif (tata kata atau tata
kalimat yang benar dan mudah dipahami).
e. Rentang skor: 1 – 4
1 = Kurang; 2 = Cukup; 3 = Baik; 4 = Amat Baik
6.3. Penilaian untuk kegiatan
diskusi
No
|
Nama Siswa
|
Keterampilan
|
Mendengarkan
|
Berargumentasi
|
Berkontribusi
|
1
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
…
|
|
|
|
|
Keterangan :
a. Keterampilan mendengarkan dipahami
sebagai kemampuan siswa untuk tidak menyela, memotong, atau menginterupsi
pembicaraan seseorang ketika sedang mengungkapkan gagasannya.
b. Kemampuan berargumentasi menunjukkan kemampuan siswa dalam
mengemukakan argumentasi logis (tanpa fallacy
atau sesat pikir) ketika ada pihak yang bertanya atau mempertanyakan
gagasannya.
c.
Kemampuan
berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan siswa memberikan gagasan-gagasan
yang mendukung atau mengarah ke penarikan kesimpulan termasuk di dalamnya
menghargai perbedaan pendapat.
f.
Rentang skor: 1 –
4
1 = kurang; 2 = Cukup; 3 = Baik; 4 =
Amat Baik
6.4. Penilaian Presentasi
No
|
Nama Siswa
|
Menjelaskan
|
Memvisualkan
|
Merespon
|
1
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
…
|
|
|
|
|
Keterangan:
a. Presentasi menunjuk pada
kemampuan siswa untuk menyajikan
hasil temuannya mulai dari kegiatan mengamati, menanya, uji coba (mencoba), dan
mengasosiasi sampai pada kesimpulan. Presentasi terdiri atas 3 aspek penilaian
yakni keterampilan menjelaskan, memvisualisasikan, dan merespon atau memberi
tanggapan.
b. Keterampilan menjelaskan adalah kemampuan
menyampaikan hasil observasi dan diskusi secara meyakinkan.
c. Keterampilan memvisualisasikan berkaitan dengan
kemampuan siswa untuk membuat atau mengemas informasi seunik mungkin, semenarik
mungkin, atau sekreatif mungkin.
d. Keterampilan merespon adalah kemampuan
siswa menyampaikan tanggapan atas pertanyaan, bantahan, sanggahan dari pihak
lain secara empatik.
e. Rentang skor: 1 – 4
1 =
Kurang; 2 = Cukup; 3 = Baik; 4 = Amat Baik
6.5. Lembar observasi sikap
No
|
Nama Siswa
|
Menghargai
|
Kerjasama
|
Kejujuran
|
Kecermatan
|
1
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
…
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
Menghargai merujuk pada
kemampuan siswa menghargai pendapat siswa lain, baik saat dalam kelompok
sendiri maupun saat diskusi kelas.
Kerjasama merujuk pada
kemampuan siswa bekerjasama dengan siswa lain, dalam kelompok.
Kejujuran dilihat terutama
dari kesesuaian pengamatan dengan laporan.
Kecermatan dilihat terutama
dari keseriusan dan ketelitian dalam melakukan pengamatan dan menyusun laporan.
Rentang skor: 1 –
4
1 =
Kurang; 2 = Cukup; 3 = Baik; 4 = Amat Baik
Daftar
Pustaka
Arend, R.I. 2001. Learning
to Teach, 5th Ed. Boston: McGraw-Hill Company, Inc.
Baldwin, A.L. 1967. Theories
of Child Development. New York: John Wiley & Sons.
Carin, A.A. & Sund, R.B.
1975. Teaching Science trough Discovery,
3rd Ed. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.
Carin, A.A. 1993. Teaching Science Through
Discovery. ( 7th. ed. ) New York: Maxwell Macmillan International.
Muller, U., Carpendale, J.I.M., Smith, L. 2009. The Cambridge Companion to PIAGET.
Cambridge University Press.
Nur, M. 1998. Teori-teori Perkembangan. Surabaya:
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Nur, M. & Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran
Berpusat Kepada Siswa Dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran.
Surabaya : Universitas Negeri Surabaya University Press.
Osborne, R.J. & Wittrock, M.C. 1985. Learning Science: A
Generative Process, Science Education, 64, 4: 489-503.
Sund, R.B. & Trowbridge,
L.W. 1973. Teaching Science by Inquiry in
the Secondary School, 3rd Ed. Columbus: Charles E. Merrill
Publishing Company.
Sutherland, P. 1992. Cognitive Development Today: Piaget and his Critics. London: Paul
Chapman Publishing Ltd.
Lampiran 1 : Contoh Langkah-langkah
Pembelajaran
Mapel : IPA
Kelas/Sem : IX/ 1
Tema : Medan magnet dan pemanfaatannya
Kompetensi
Dasar:
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan
Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan
manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang
dianutnya.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur;
teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab;
terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dan bekerja sama
dalam aktivitas sehari-hari
3.7. Mendeskripsikan konsep medan magnet,
induksi elektro magnetik, dan penggunaannya dalam produk teknologi, serta
pemanfaatan medan magnet dalam pergerakan/navigasi hewan untuk mencari makanan dan migrasi.
4.1 Menyajikan
hasil penelusuran informasi dari berbagai sumber tentang pemanfaatan medan magnet dalam pergerakan/navigasi
hewan untuk mencari makanan dan migrasi.
4.4
Melakukan percobaan untuk menyelidiki “luas” dan kuat medan magnet.
Indikator Pencapaian Kompetensi:
1.1. Menyadari
adanya keteraturan alam ciptaan Tuhan YME, melalui pengama-tan pola garis gaya
magnet, luas medan magnet, dan kuat medan magnet.
2.1. Teliti,
hati-hati, dan cermat dalam melakukan percobaan serta jujur dalam melaporkan
hasilnya.
3.7. 1. Menjelaskan pengertian medan magnet
2. Menentukan
luas dan kuat medan magnet.
4.1. Mengumpulkan
dan menyajikan informasi dari berbagai sumber tentang pemanfaatan
medan magnet dalam pergerakan/navigasi hewan untuk mencari makanan dan migrasi.
4.4. 1. Menggambar pola
garis gaya magnet.
2. Menentukan
“luas” medan magnet melalui percobaan
3. Menentukan
kekuatan medan magnet melalui percobaan.
Tujuan
pembelajaran:
- Melalui percobaan, siswa dapat
menggambar pola garis-garis gaya magnet di sekitar magnet batang, magnet
bentuk “U”, dan magnet bentuk “kapsul”.
- Melalui percobaan, siswa dapat
menentukan “luas” medan magnet di sekitar magnet batang, magnet bentuk
“U”, dan magnet bentuk “kapsul”.
- Melalui percobaan, siswa dapat
menentukan kekuatan medan magnet di sekitar magnet batang, magnet bentuk
“U”, dan magnet bentuk “kapsul”.
- Melalui pengumpulan informasi
dari berbagai sumber (buku, internet, dsb), siswa dapat mengidentifikasi
hewan yang memanfaatkan medan magnet dalam pergerakan/navigasi untuk
mencari makanan atau migrasi.
Alat/bahan
yang diperlukan:
1. Magnet
batang, magnet “U”, magnet keping, dan magnet “kapsul”.
2. Benang
3. Wadah
plastik
4.
Gabus/sterofom
5. Air
6. Selotip
kertas
7. Paku-paku
kecil (atau isi staples yang dipisah-pisahkan)
8. Kertas
putih (HVS)
9. Serbuk
besi
10. Statif
11.
Penggaris
D. Langkah Kegiatan:
Kegiatan
pendahuluan:
1.
Guru mengulas kembali materi
tentang magnet melalui tanya-jawab, misalnya mengenai kutub magnet, gaya
magnet, dan sebagainya.
2.
Guru memotivasi siswa dengan
mendemonstrasikan kejadian “aneh” atau “discrepant event” seperti pada gambar berikut.
3.
Mengamati:
Guru meminta siswa mengamati paku kecil yang dapat
“terbang” atau “melayang”.
3.
Menanya:
Siswa mengajukan pertanyaan
berdasarkan hasil pengamatan, misalnya: “Mengapa paku kecil dapat melayang?”
4.
Mengajukan hipotesis:
Guru meminta siswa mengajukan jawaban sementara dan
menampung jawaban siswa sebagai kegiatan menggali pengetahuan awal siswa
tentang medan magnet. Jawaban siswa diarahkan pada “gaya magnet”, “kutub
magnet”, dan “medan magnet”.
5.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran untuk pertemuan kali ini tentang medan magnet.
Kegiatan
inti:
1. Siswa
dikelompokkan dengan anggota 3 – 4 anak.
2. Setiap
kelompok mengambil alat dan bahan yang telah disediakan (dapat pula siswa
ditugasi membawa sendiri sebagian alat/bahan yang diperlukan).
Kegiatan
inti 1: melakukan percobaan 1
Mengumpulkan
data:
Menggambar pola garis gaya magnet dan menentukan
“luas” medan magnet.
Langkah
kegiatan:
a. Siswa
meletakkan magnet batang di atas meja, kemudian menutupnya dengan selembar
kertas putih.
b. Siswa
menaburkan serbuk besi di atas kertas secara tipis dan merata, kemudian
mengetuknya perlahan-lahan.
c. Siswa
mengamati bentuk/pola taburan serbuk besi di atas kertas dan menggambarkannya
di tabel.
d. Siswa
mengulangi langkah a, b, dan c, tetapi menggunakan magnet “U”.
e. Siswa
mengulangi langkah a, b, dan c, tetapi menggunakan magnet “kapsul”.
Tabel
Pengamatan Pola Serbuk Besi
No
|
Bentuk Magnet
|
Gambar pola serbuk besi
|
1
|
Magnet Batang
|
|
2
|
Magnet “U”
|
|
3
|
Magnet “Kapsul”
|
|
Mengomunikasikan:
f.
Siswa wakil setiap kelompok
mempresentasikan hasil pengamatannya.
Menganalisis data dan
g.
Guru memimpin diskusi untuk
menganalisis gambar atau pola serbuk besi untuk memperoleh pengertian medan
magnet.
Menarik kesimpulan:
h.
Garis-garis pola serbuk besi
mewakili wilayah yang masih dapat dipengaruhi oleh magnet. Wilayah atau daerah
yang masih dipengaruhi oleh magnet tersebut dinamakan medan magnet. Dengan demikian
siswa dapat mengetahui “luas” medan magnet yang dihasilkan oleh magnet batang,
magnet “U”, maupun magnet kapsul.
i.
Selanjutnya guru mengajukan
pertanyaan untuk didiskusikan, misalnya sebagai berikut: “Apakah medan magnet
yang dihasilkan oleh ketiga magnet tersebut sama luasnya?”
Kesimpulan/Pengetahuan
atau konsep yang ditemukan:
1.
Di sekitar magnet terdapat medan magnet, yang
dapat digambarkan dengan garis-garis gaya magnet.
2.
Garis-garis gaya magnet dapat
diketahui dari pola serbuk besi di sekitar magnet.
3.
Luas medan magnet ditunjukkan oleh
wilayah yang dibatasi oleh garis-garis gaya magnet, dalam hal ini pola serbuk
besi yang terbentuk.
Kegiatan inti 2:
melakukan percobaan 2
Menentukan kekuatan medan magnet
Langkah kegiatan:
a. Siswa meletakkan
sebuah paku kecil di meja.
b. Siswa mendekatkan
kutub magnet batang pada paku tersebut secara perlahan-lahan sampai paku mulai
tertarik.
c. Siswa mengukur
jarak magnet ke paku, saat paku mulai tertarik dan mencatat hasil
pengukurannya.
d. Siswa mengulangi
langkah a dan b dengan mengubah jarak magnet ke paku semakin dekat.
e. Siswa mengamati
gerakan paku.
f.
Siswa mengulangi langkah a sampai e, tetapi
menggunakan magnet keping dan magnet kapsul.
g. Guru mengajukan
pertanyaan:
1). Bagaimanakah gerakan
paku saat jarak paku ke magnet jauh?”
2). Bagaimanakah gerakan paku saat jarak paku ke magnet semakin
dekat?”
3). Apakah gerakan paku
(lambat atau cepat) mendekati magnet dapat digunakan sebagai tanda kekuatan
magnet tersebut?
h. Melalui diskusi
dan tanya jawab, guru mengarahkan jawaban siswa, bahwa gerakan paku (lambat
atau cepat) mendekati magnet dapat digunakan sebagai tanda kekuatan magnet
tersebut. Pada saat jarak paku ke magnet cukup dekat, gerakan paku lebih cepat.
Hal ini dapat diartikan semakin dekat dengan kutub magnet, paku mengalami gaya
yang lebih besar.
Pengetahuan yang ditemukan:
1. Pada daerah medan magnet
bekerja gaya magnet.
2. Besar gaya magnet
dipengaruhi oleh jarak, semakin dekat dengan kutub, gaya magnet semakin besar.
Kegiatan inti 3:
Tugas mengumpulkan informasi
1. Pada kegiatan
ini, setiap kelompok siswa diberi tugas untuk mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber (buku, internet, dsb) tentang hewan yang memanfaatkan medan
magnet dalam pergerakan/navigasi untuk mencari makanan atau migrasi.
2. Setiap kelompok
mempresentasikan hasil penelusuran informasi tersebut pada pertemuan
berikutnya.
Kegiatan
penutup
Pada
kegiatan penutup, siswa dibantu guru membuat kesimpulan, misalnya:
a. Di sekitar magnet
terdapat medan magnet, yang dapat digambarkan dengan garis-garis gaya magnet.
b. Luas
medan magnet ditunjukkan oleh wilayah yang dibatasi oleh garis-garis gaya
magnet, dalam hal ini pola serbuk besi yang terbentuk.
c. Pada daerah medan
magnet bekerja gaya magnet. Besar gaya magnet dipengaruhi oleh jarak, semakin
dekat dengan kutub, gaya magnet semakin besar.
Kegiatan Penguatan/ Pengayaan
Untuk
memantapkan pemahaman siswa, guru dapat memberikan tugas.
Tugas:
Untuk lebih memperkaya pengetahuan siswa, guru dapat
memberi tugas kepada siswa mengumpulkan informasi melalui internet terkait dengan
magnet dan medan magnet, misalnya “Program PhET” dari website “University of
Colorado. Selain itu, siswa juga diberi tugas untuk mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber (buku, internet, film, atau video) tentang hewan
yang memanfaatkan medan magnet dalam pergerakan/navigasi untuk mencari makanan
atau migrasi.
Contoh alamat website yang terkait, misalnya:
- http:/www.forumsains.com
- http:/sains.me
- http:/phet.colorado.edu
Lampiran 2: Contoh
Langkah-langkah Pembelajaran
Mapel : IPS
Kelas/Sem : VII/
1
Tema : Konektivitas
antarruang, waktu, dan manusia
A. Kompetensi Dasar dan
Indikator Pencapaian Kompetensi
No.
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
-
|
1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah
menciptakan manusia dan lingkungannya
|
1.3.1. Berdoa sebelum
dan sesudah kegiatan pembelajaran
|
-
|
2.3 Menunjukkan perilaku santun, peduli, dan
menghargai perbedaan pendapat dalam interaksi sosial dengan lingkungan dan
teman sebaya
|
2.3.1. Menghargai dan menghormati
sesama
2.3.2. Menjaga kebersihan
lingkungan kelas
2.3.3. Memelihara hubungan baik dengan teman sekelas
|
-
|
3.1 Memahami aspek keruangan dan konektivitas
antar ruang dan waktu dalam lingkup regional serta perubahan dan
keberlanjutan kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan politik)
|
3.1.1. mendeskripsikan
dengan benar adanya konektivitas antarruang
3.1.2. mendeskripsikan
dengan benar adanya
konektivitas antarwaktu
3.1.3. mencontohkan dengan
tepat adanya konektivitas antarruang
dan waktu
3.1.4. membedakan dengan tepat
adanya konektivitas antarruang, waktu, dan pengaruhnya terhadap kehidupan
manusia
3.1.5. menjelaskan dengan
tepat adanya konektivitas antarmanusia (interaksi sosial)
dalam ruang dan waktu
|
-
|
4.3 Mengobservasi dan menyajikan bentuk-bentuk dinamika
interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi di
lingkungan masyarakat sekitar
|
4.3.1. memaparkan hasil analisis keterkaitan
antarruang, antarwaktu, dan antarmanusia.
4.3.2. menyajikan rancangan kegiatan dengan tema
“Upaya-upaya pencegah terjadinya bencana banjir”.
|
B.
Tujuan
Pembelajaran
Setelah
mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik dapat:
1.
berdoa pada awal dan akhir kegiatan
pembelajaran dengan sungguh-sungguh;
2.menghargai
dan menghormati sesama;
3.
menjaga kebersihan lingkungan
kelas; dan
4.
memelihara hubungan baik
dengan teman sekelas.
5.
mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang timbul akibat banjir dari aspek alam, ekonomi,
sosial, budaya, dan politik.
6.
menentukan faktor-faktor
penyebab banjir dari aspek alam, ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
7.
menjelaskan keterkaitan
antara daerah hulu dan hilir.
8.
mengelompokkan data yang
menjadi penyebab terjadinya banjir daerah hulu dan hilir.
9.
menyimpulkan hubungan antara
daerah hulu dan daerah hilir dalam konteks peristiwa banjir.
10. memaparkan
hasil analisis keterkaitan antarruang, antarwaktu, dan pengaruhnya terhadap
kehidupan manusia.
11. menyajikan
rancangan kegiatan upaya-upaya pencegah terjadinya bencana banjir.
a.
Pendahuluan
(1) Salam, doa, dan memeriksa kehadiran peserta didik.
(2) Apersepsi tentang bencana
banjir yang kerap terjadi. Di mana, kapan, dan mengapa bisa terjadi, siapa yang
sering menjadi korban, apa yang dilakukan oleh masyarakat korban banjir ketika
menghadapi bencana tersebut.
(3)
Menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti (64 menit)
(1) Peserta
didik mengamati gambar-gambar
(foto-foto, slide) tentang hutan yang gundul, hujan deras, orang membuang
sampah sembarangan, sungai meluap, banjir besar. slide, atau video klip seputar
bencana banjir di suatu tempat. Disarankan fenomena-fenomena tersebut yang
terjadi di lingkungan terdekat. Hasil dari kegiatan ini adalah sejumlah
(inventarisasi) pertanyaan/masalah. Misalnya, mengapa hutan digunduli, untuk
apa kayu-kayu yang ditebangi, siapa yang melakukan, siapa yang dbiasa membuang
sampah sembarangan, mengapa sungai meluap, mengapa terjadi banjir, apakah ada
hubungan antar semuanya itu? Pertanyaan atau permasalahan pokok apa yang bisa
dimunculkan dari fenomena tersebut? Guru dapat menginisiasi pertanyaan
pertanyaan kunci ketika siswa belum memunculkannya.
(2) Siswa menanyakan.
Berdasarkan sejumlah pertanyaan yang teridentifikasi, siswa menentukan atau
memilih beberapa pertanyaan sebagai
landasan untuk merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara. Siswa
diminta untuk berdiskusi menyusun hipotesis. Contoh hipotesis adalah sebagai
berikut :
1) banjir
disebabkan oleh :
(1) perilaku buang
sampah sembarangan
(2) penggundulan
hutan
2) Banjir (akibat) dan penggundulan hutan
(sebab) bisa:
a) Terjadi di tempat yang sama
b) Terjadi di tempat berbeda
(3)
Mencoba
(Experimenting) atau Mengumpulkan Data : Siswa menyaksikan
video klip tentang banjir yang terjadi di lingkungan siswa. Siswa diminta untuk mencatat berbagai fakta yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis. Misalnya apakah
masyarakat membuang sampah sembarangan, bagaimana tentang penggundulan hutan,
dimana terjadinya, di mana terjadi banjir, dan sebagainya.
(4)
Menalar/menganalisis
data, meghubungkan (Associating) sampai membuat kesimpulan : Siswa diajak untuk
membaca buku siswa halaman 2-6 tentang konsep ruang, waktu, konektivitas, dan
interaksi sosial. Konsep-konsep ini (yang berisi konsep atau teori ) dan menghubungkannya dengan informasi atau
data awal (langkah 1), pertanyaan dan
hipotesis (langkah 2) serta data yang terkumpul (langkah 3). Untuk itu siswa diberi pertanyaan diskusi
(kelompok) tentang sebuah peristiwa atau gejala banjir dalam video klip, yakni
(i) apakah sebab-sebab dan akibat peristiwa banjir berada di ruang yang
berbeda, atau di ruang yang sama, atau bisa kedua-duanya disertai contoh konkrit (konektivitas
antarruang, waktu, dan manusia). (ii) Pertanyaan yang menyangkut aspek afektif
yakni perasaan, sikap, dan niat apa
yang muncul pada diri siswa ketika melihat atau mengalami bencana (pertanyan
ini tidak didiskusikan melainkan di-sharing-kan). (iii) Kesimpulan yang
dapat ditarik dari kegiatan diskusi.
(5)
Mengkomunikasikan : Siswa mempresentasikan hasil
analisis datanya di kelas. Di saming itu siswa juga bisa diminta untuk
mengunggahnya (upload) di blog masing-masing. Untuk kepentingan ini setiap
siswa bisa diwajibkan memiliki blog sendiri.
(6)
Mencipta : Siswa ditugasi menyusun rencana kegiatan
yang dapat dilakukan oleh warga masyarakat sekitar berupa “Menjaga kebersihan
dan kesehatan Lingkungan” untuk mencegah banjir
c. Penutup (8 menit)
(1) Kesimpulan
Peserta
didik bersama guru membuat kesimpulan hasil pembelajaran
(2) Evaluasi : Tuliskan
contoh bentuk konektivitas antarruang dan waktu yang ada di lingkungan
sekitarmu.
(3) Refleksi : Siswa
diminta menjawab pertanyaan reflektif misalnya, apakah pembelajaran hari ini
menyenangkan? Pengetahuan berharga/baru apa yang kamu peroleh pada pembelajaran
kita hari ini? Bagaimana sebaiknya sikap kita kalau memperoleh sesuatu yang
berharga/baru. Jawaban harap ditulis di buku catatan siswa.
Berikut
adalah contoh-contoh kegiatan pembelajaran dengan metode saintifik untuk tujuan
penguatan/pengayaan dan remedi.
d.
Penguatan/pengayaan
(1)
Peserta didik diminta untuk
fokus pada konektivitas desa-kota (konektivitas antarruang, antarwaktu, dan
interaksi manusia) yakni gejala urbanisasi. Setelah menemukan dan membaca buku
sumber siswa diberi pertanyaan, apakah
keterkaitan tersebut bersifat kooperatif atau eksploitatif. Jawabannya dikumpulkan dalam waktu tertentu
(2)
Dengan cara dan pertanyaan yang
kurang lebih sama, tetapi ditambah dengan sumber-sumber dari internet, siswa
diminta untuk menganalisis keterkaitan antara negara berkembang dan negara
maju.
e. Remedi
(1)
Berdasarkan pengamatan atas
lingkungan di sekitarnya, siswa ditugasi untuk menemukan contoh-contoh konkrit
yang menunjukkan adanya keterkaitan antara desa atau kampungnya dan sesa atau
kampung tetangga. Bisa juga sekolahnya dan sekolah lain atau pasar/toko satu
dengan pasar/toko lainnya.
(2)
Setelah memberikan contoh-contoh
konkrit siswa diminta untuk menjelaskan konsep ruang dan konektivitas antar
ruang dengan bahasanya sendiri.
Lampiran 3: Contoh Langkah-langkah
Pembelajaran
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VII/1
Materi
Pokok : Asam, basa,
dan garam
Kompetensi
Inti:
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah
konkret (menggunakan,mengurai, merangkai, memodifikasi,dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Kompetensi
Dasar:
4.1 Melakukan
percobaan untuk menentukan sifat asam larutan yang ada di lingkungan sekitar
menggunakan indikator buatan maupun alami.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki
rasa ingin tahu; obyektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati;
bertanggung jawab; terbuka; kritis;
kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.
|
PENDAHULUAN
Kegiatan
1) Mengucapkan salam
(2) Menyampaikan tujuan pembelajaran
(3) Mengingatkan kembali tentang konsep
larutan dan komponennya.
(a) Anak-anak, pada
pelajaran yang lalu kalian telah belajar tentang larutan.
Apa yang dimaksud
dengan larutan?
(b) Apakah komponen dari
larutan?
(c) Komponen larutan yang
jumlahnya lebih banyak disebut apa?
(d) Komponen larutan yang
jumlahnya lebih sedikit disebut apa?
Output kegiatan:
Siswa memahami bahwa:
(1) Larutan
adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat.
(2)
Komponen dari larutan dengan jumlah (massa
atau volume) yang lebih banyak disebut dengan pelarut (solvent).
(3) Komponen
dari larutan dengan jumlah (massa atau volume) yang lebih sedikit disebut
dengan zat terlarut (solute).
KEGIATAN INTI
Kegiatan 1:
Mengidentifikasi sifat asam larutan hasil perasan irisan buah belimbing
(1) Anak-anak
apabila kamu memiliki buah belimbing, lalu buah tersebut di iris-iris, kemudian
diperas, apa yang kamu peroleh?
(2) Coba
cicipi hasil perasan tersebut, ada berapa rasa yang daput kamu identifikasi?
(3) Sedikitnya
ada berapa komponen penyusun cairan hasil perasan tersebut?
(4) Berdasarkan
percobaan yang kamu lakukan, dapatkah cairan dari perasan buah belimbing
disebut dengan larutan? Mengapa?
(5) Identifikasi
mana yang merupakan zat terlarut dan mana yang merupakan pelarut.
(6) Selain
berasa manis, apa sifat yang lain dari larutan hasil perasan irisan buah
belimbing?
Output kegiatan 1:
(1) Bila
buah belimbing diiris-iris lalu diperas maka diperoleh suatu cairan.
(2) Cairan
yang diperoleh memiliki rasa manis dan asam.
(3) Sedikitnya
ada 3 komponen dari cairan hasil perasan buah belimbing, yaitu komponen yang
memberikan rasa manis, komponen yang memberikan rasa masam, dan air.
(4) Cairan
hasil perasan buah belimbing merupakan larutan karena merupakan campuran homogen
dari sedikitnya tiga zat.
(5) Zat
terlarut adalah komponen yang memberikan rasa masam dan komponen yang
memberikan rasa masam. Pelarutnya adalah air.
(6) Selain
memiliki rasa manis, maka larutan hasil perasan irisan buah belimbing memiliki
rasa asam.
Kegiatan 2:
Mengidentifikasi sifat asam larutan hasil perasan irisan buah tomat dll.
Kegiatan pada
kegiatan 2 adalah sama dengan pada kegiatan 1. Output kegiatan juga sama.
Kegiatan 3:
Identifikasi zat penyebab timbulnya rasa manis dan asam
(1) Dari hasil kegiatan 1 dan 2 apa yang dapat kamu simpulkan?
(2) Apa penyebab timbulnya rasa manis dan rasa masam pada larutan
hasil perasan irisan buah belimbing?
Output
kegiatan 3:
(1) Cairan
hasil perasan irisan buah memiliki rasa manis dan masam. Rasa manis dan masam
tersebut dapat diidentifikasi dengan cara mencicipi.
(2) Rasa
manis disebabkan oleh adanya gula. Rasa masam disebabkan oleh adanya zat yang
disebut ……..? Guru menjelaskan bahwa zat yang memberikan rasa masam disebut
dengan asam.
Kegiatan 4:
Identifikasi sifat asam larutan
Anak-anak pernahkah kalian makan acar? Apa rasanya? Apakah yang
digunakan untuk memberi rasa pada acar?
Output
kegiatan:
Cuka memiliki rasa masam. Untuk memberi rasa asam digunakan asam
cuka.
Anak-anak kalian tidak boleh mengidentifikasi sifat asam suatu
larutan adalah tidak boleh dengan cara mencicipinya karena sangat berbahaya.
Bagaimana cara yang aman untuk mengidentifikasi sifat asam suatu larutan?
Output
kegiatan:
Siswa dapat mengajukan bahwa sifat asam larutan dapat diidentifikasi
dengan menggunakan sesuatu yang menunjukkan sifat yang tertentu bila dicelupkan
dalam larutan yang bersifat asam dan menunjukkan sifat yang lain bila
dicelupkan dalam larutan yang tidak bersifat asam. Guru menjelakan sesuatu tersebut disebut dengan indikator. Ada 2 macam
indikator, yaitu indikator buatan dan indikator alami. Salah satu inditator
buatan adalah kertas lakmus. Ada 2 macam kertas lakmus, yaitu kertas lakmus
merah dan biru.
Kegiatan 5:
Identifikasi sifat asam larutan dengan indikator kertas lakmus
Percobaan 1:
Identifikasi sifat asam larutan dengan indikator kertas lakmus
Tujuan:
Mengidentifikasi sifat larutan asam
terhadap warna kertas lakmus merah dan biru.
Petunjuk
keselamatan kerja:
Pada waktu melakukan percobaan
setiap siswa wajib memakai baju laboratorium, kacamata laboratorium, dan
bersepatu.
Alat
dan Bahan:
Pelat tetes
Pipet tetes
Pisau
Kertas lakmus merah dan biru
Larutan hasil perasan buah belimbing
Larutan hasil perasan buah tomat
Larutan cuka
Prosedur:
- Secara cermat, dengan menggunakan
pipet tetes, teteskan masing-masing lima tetes larutan asam yang akan
diuji pada cekungan yang ada di pelat tetes.
- Celupkan kertas lakmus merah dan biru
(panjang tidak lebih dari 1 cm) kedalam larutan asam tersebut.
- Secara objektif, catat perubahan warna yang terjadi
pada kertas lakmus dalam lembar pengamatan dibawah ini.
- Diskusikan hasil percobaanmu dengan
hasil percobaan temanmu.
Lembar
pengamatan:
No.
|
Larutan yang
diuji
|
Perubahan
Warna
|
Kertas lakmus
merah
|
Kertas lakmus
biru
|
1.
|
Larutan hasil perasan buah belimbing
|
|
|
2.
|
Larutan hasil perasan buah tomat
|
|
|
3.
|
Larutan cuka
|
|
|
Berikan
kesimpulan berdasarkan data pengamatan kalian!
|
Kegiatan 5:
Identifikasi sifat asam beberapa larutan yang ada di laboratorium
Di laboratorium IPA tersedia banyak
larutan, diantaranya adalah larutan asam klorida, HCl(aq), larutan asam sulfat, H2SO4(aq), dan asam nitrat, HNO3(aq). Tanda (aq) menunjukkan bahwa HCl, H2SO4, dan HNO3
dilarutkan dalam air. Coba kalian rancang percobaan untuk mengidentifikasi
apakah larutan-larutaan tersebut bersifat asam atau tidak.
Percobaan
2: Dirancang oleh siswa
|
Kegiatan 6:
Identifikasi sifat asam larutan dengan indikator alami
Anak-anak ada kemungkinan kamu tidak
mendapatkan kertas lakmus di laboratorium IPA di sekolahmu. Untuk itu kamu
dapat menggunakan indikator yang lain. Pernahkah kalian melihat kembang
Hydrangea? Kembang ini bunganya berwarna biru bila di tanam pada tanah yang
sifatnya asam dan berwarna merah bila ditanam pada tanah yang bersifat basa seperti
terlihat pada Gambar 1. Sifat basa akan
dibicarakan pada pelajaran berikutnya.
Gambar 1. Kembang Hydrangea pada tanah asam (kiri)
Kembang
Hydrangea pada tanah basa (kanan)
Anak-anak kalian dapat memperoleh larutan ekstrak bunga Hydrangea.
Caranya, bunga diiris-iris, irisan diblender, hasilnya ditambah air suling
kemudian disaring. Cairan yang diperoleh merupakan larutan ekstrak bunga.
Larutan ekstak bunga ini merupakan salah satu indikator alami yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi sifat asam suatu larutan.
Hampir semua bagian dari tumbuhan yang memiliki warna dapat
digunakan untuk membuat larutan indikator alami, akan tetapi larutan indikator
yang diperoleh mungkin tidak memberikan perubahan warna yang jelas pada waktu
ditambah larutan asam.
Beberapa tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat
larutan indikator alami contohnya adalah kembang sepatu, daun kubis ungu, daun
bayam merah, dan kunyit seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Kembang sepatu, kunyit dan kubis ungu
sebagai bahan
untuk membuat larutan indikator alami.
Percobaan 3:
Identifikasi perubahan warna indikator alami dalam larutan asam
Tujuan:
Mengidentifikasi perubahan warna
larutan indikator alami dari kembang sepatu, kunyit dan kubis ungu dalam
larutan asam.
Petunjuk
keselamatan kerja:
Pada waktu melakukan percobaan
setiap siswa wajib memakai baju laboratorium, kacamata laboratorium, dan
bersepatu.
Alat
dan Bahan:
Blender
Botol kecil berwarna
Corong
Gelas piala
Kertas saring atau saringan yang
halus
Pelat tetes
Pipet tetes
Pisau
Larutan indikator hasil ekstrak dari
kembang sepatu, kunyit dan kubis ungu
Larutan ekstrak belimbing
Larutan ekstrak tomat
Larutan cuka
Larutan asam klorida
Prosedur:
- Buatlah larutan indikator alami dari
ekstrak kembang sepatu dengan cara merajang kembang sepatu menjadi
bagian yang kecil-kecil. Pada rajangan yang diperoleh tambahkan sedikit
air yang cukup untuk mengekstrak cairan indikator yang terdapat dalam
kembang sepatu. Blender campuran tersebut kemudian saringlah dengan
saringan yang halus. Cairan yang diperoleh merupakan larutan indikator
alami. Simpanlah larutan indikator yang diperoleh dalam botol kecil
berwarna dan berikan label yang jelas pada botol tersebut. Lakukan cara
yang sama untuk membuat larutan indikator alami dari kunyit dan kubis
ungu.
- Dengan menggunakan pipet tetes,
teteskan masing-masing 5 tetes larutan asam yang akan diuji pada
cekungan yang ada pada pelat tetes.
- Teteskan indikator alami dengan
menggunakan pipet pada larutan asam yang akan diuji sampai diperoleh
perubahan warnah yang jelas.
- Catat perubahan warna yang terjadi pada
lembar pengamatan dibawah ini.
Lembar
pengamatan:
Larutan yang
diuji
|
Perubahan
warna larutan
|
indikator
ekstrak kembang sepatu
|
indikator
ekstrak kunyit
|
indikator ekstrak kubis ungu
|
Larutan asam klorida
|
|
|
|
Larutan ekstrak belimbing
|
|
|
|
Larutan ekstrak tomat
|
|
|
|
Larutan cuka
|
|
|
|
Larutan asam klorida
|
|
|
|
Berikan
kesimpulan berdasarkan data pengamatan kalian!
|
5. Diskusikan hasil
percobaanmu dengan hasil percobaan temanmu.
KEGIATAN PENUTUP
(1) Siswa diminta
untuk menyimpulkan sifat asam larutan terhadap kertas lakmus dan indikator
alami.
(2) Dari fakta bahwa sifat asam dapat
diidentifikasi dengan menggunakan indikator alami selain dengan indikator buatan,
guru mengajak siswa untuk merenungkan tentang keluasan ilmu dari Tuhan Yang
Maha Kuasa.
(3) Dengan menggunakan indikator, siswa diminta
untuk menyelidiki sifat larutan dari soft
drink seperti Coca Cola, Fanta, dan Sprite serta larutan yang digunakan untuk pengisi aki mobil atau
aki sepeda motor, serta.
Kegiatan
Penguatan/ Pengayaan
Untuk memantapkan pemahaman siswa, guru dapat
memberikan tugas.
Tugas:
Siswa Diminta siswa untuk:
(1) membaca
buku-buku pelajaran IPA berkaitan dengan topik asam-basa.
(2) membaca
buku pelajaran IPA atau sumberinformasi yang lain tentang penyakif lambung
(penyakit maag).
(3) membaca buku pelajaran IPA berkaitan
dengan hujan asam dan akibatnya bagi lingkungan.
(4) mengakses sumber-sumber di internet yang
diberikan oleh guru. Beberapa yang disarankan adalah: